Ramah Tamah dalam Malam Kebersamaan
Sebagai salah satu gereja yang berada di bawah naungan Sinode GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) yang berasaskan Anabaptis-Mennonite, GITJ Margokerto turut ambil bagian sebagai tuan rumah Assembly Scattered dalam acara Mennonite World Conference (MWC) 2022. Selama empat hari lamanya, dari tanggal 6-9 Juli 2022, kami menerima beberapa tamu utusan dari berbagai negara, yaitu Kanada, Kolombia, Afrika, India, dll. Selain melayani mereka dalam mengikuti kegiatan MWC secara online, kami juga memperkenalkan budaya, panorama alam, serta suasana kehidupan jemaat Mennonite Indonesia, khususnya di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.
Hari pertama, para tamu disambut dengan kemeriahan tari penyambutan oleh komisi pemuda, welcome drink minuman tradisional “Wedhang Uwuh”, dilanjutkan dengan beramah tamah yang dihibur dengan musik akustik oleh Komisi Remaja-Pemuda GITJ Margokerto. Setelah mengikuti ibadah secara online, kami kembali mengundang mereka merasakan kebersamaan melalui sajian makanan tradisional khas Jepara seperti “horog-horog”, singkong rebus, dan pisang goreng, sebelum mengantar mereka beristirahat di hotel.
Hari kedua, setelah mengikuti ibadah pagi secara live streaming dari Salatiga, kami mengajak para tamu untuk mengenal kerukunan antar umat beragama di Desa Tempur, yang mana terdapat gereja dan masjid yang letaknya berhadapan dan hanya dibatasi jalan yang sempit. Begitu antusias dan takjubnya mereka setelah mendengar penjelasan dari jemaat yang merintis berdirinya gereja GITJ Tempur, yang mana kedua tempat ibadah ini didirikan oleh dua bersaudara kakak-adik, yang awalnya beragama Islam. Setelah mengikuti ibadah malam secara online, mereka kembali kami ajak untuk berbaur dengan jemaat, bercengkrama dan menjalin kebersamaan dalam acara ramah tamah yang juga dihibur lagi oleh musik akustik dari Pemuda-Remaja.
Hari ketiga, setelah ibadah pagi, para tamu makan siang di Pantai Bondo dengan makanan laut ala Jepara, “pindang-serani”, ditemani oleh Petinggi Desa setempat. Belum lengkap ketika berada di pantai tetapi tidak bermain air, sehingga sebagian dari mereka nyebur ke pinggir pantai dan yang lainnya ngobrol santai. Malamnya mereka mengikuti ibadah yang dilayani langsung oleh GITJ Margokerto. Dalam ibadah ini juga ada prosesi penyerahan Tongkat Estafet Kepemimpinan (Tongkat Gembala) dari J. Nelson Kraybill kepada Presiden MWC terpilih untuk periode 2022-2028, Henk Stenvers. Ini merupakan momen bersejarah karena estafet kepemimpinan ini tertunda dan selalu dibayang-bayangi bahaya Covid-19.
Selesai ibadah, para tamu disuguhi tarian kolosal oleh Komisi Bapak-bapak dengan mengajak mereka menari. Para jemaat pun sontak menyambut mereka dengan tepuk tangan ketika para tamu turun ikut menari bersama bapak-bapak yang berpakaian tradisional Surjan dan Blangkon. Tidak hanya itu, mereka kembali dihibur dalam acara ramah tamah campursari rohani milik gereja yang berkolaborasi dengan Punakawan besutan Komisi Bapak-bapak. Sangat menikmati sekali para tamu ini, sampai ketika Punakawan ini mengajak mereka ikut berjoget ala Punakawan, mereka pun dengan senang hati dan penuh semangat mengikuti ajakan itu.
Sangat disayangkan ketika kebersamaan para tamu jemaat Mennonite dari berbagai negara dengan jemaat GITJ Margokerto harus berhenti di hari keempat. Setelah mengikuti plenary session, mereka pun berpamitan untuk kembali ke Semarang, mengikuti acara penutupan MWC 2022 di Holy Stadium (JKI Injil Kerajaan).
Jemaat GITJ Margokerto sendiri sangat antusias dalam keterlibatannya menyambut tamu dari berbagai gereja Mennonite dunia. Dari ketika latihan mempersiapkan setiap acara, juga ketika repot dan khawatir dalam menghadapi situasi di mana salah satu peserta ada yang terkonfirmasi positif Covid-19. Hal terunik yang dialami oleh jemaat adalah ketika secara spontan, entah itu salah atau benar, dapat berkomunikasi dengan mereka yang berbahasa Inggris, karena pada dasarnya jemaat sangat tidak menguasai bahasa tersebut. Juga di saat komunikasi terbatas, keluarlah bahasa tubuh dan peranan Google Translate, itu pun menjadi pengalaman yang berharga. Jemaat bersemangat tidak hanya dalam kehadiran, tetapi juga dalam keterlibatannya membawa makanan tradisional dari rumah masing-masing. Semua itu dilakukan penuh sukacita, tanpa ada keluhan. Juga tentunya biaya yang harus dikeluarkan oleh gereja sendiri, yang cukup besar sangat terobati dengan kebersamaan dengan saudara seiman dari berbagai negara ini. Akhir kata, salam Mennonite! Tuhan Yesus memberkati.