Berita GKMI

Berdayakan Kekayaan Alam tanpa Jadikan Sumber Bencana

| Senin, 22 Juli 2024

Tahun 2023, dalam perjalanan Muria Damai Sentosa Indonesia (MDS Indonesia, sebelumnya Mennonite Diakonia Service Indonesia) melakukan assessment pasca bencana banjir bandang di Desa Sinomwidodo (Kabupaten Pati, Jawa Tengah), ditemukan penyebab terjadinya bencana alam yang cukup masif itu. Oleh karenanya, MDS Indonesia mulai berfokus pada pembuatan program pendampingan mitigasi bencana, merawat keutuhan lingkungan, serta perdamaian antara manusia dengan Tuhan, sesama, serta lingkungan, terlebih di wilayah yang berpotensi terjadinya bencana alam.

Hasil assesment yang dilakukan oleh tim MDS Indonesia—dalam hal ini Bp. Natanael Sagoh dan Pdt. Iwan Firman—menemukan fakta bahwa Desa Sinomwidodo, dan beberapa wilayah di Kabupaten Pati, mengalami banjir bandang akibat gundulnya perbukitan Kendeng yang mengitari wilayah tersebut. Hal ini mengakibatkan lemahnya daya serap tanah sehingga air hujan, baik itu dalam debit yang sedang maupun tinggi, mengalir dengan deras ke pemukiman warga sekitar bukit, bahkan menyeluruh ke Kabupaten Pati, Juwana, Kudus, dan Demak.

Sebagai salah satu ciri dalam melakukan program pendampingan, MDS Indonesia selalu turut menggandeng gereja lokal yang terdapat di lokasi sasaran. Sayangnya, di Desa Sinomwidodo tidak terdapat satupun gereja. Akhirnya, fokus assessment pun berpindah ke desa sekitarnya, yang masih masuk dalam wilayah perbukitan Kendeng. Hingga ditemukannya sebuah desa yang mana di wilayah padukuhannya terdapat dua gereja sekaligus.


Mengenal lokasi pendampingan

Adalah Padukuhan Gower, yang terletak di Desa Karangawen, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Padukuhan ini terletak di sebelah tenggara kota Pati, yang berjarak sekitar 23 km dan membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 45 menit, dengan kendaraan bermotor. Dua gereja tersebut adalah Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) Gower dan Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI) Eklesia, dengan jumlah total jemaat masing-masing kurang lebih 30 jiwa, dari sekitar 100 KK yang tercatat sebagai penduduk Gower. 

Kendati pemeluk agama Islam masih menjadi mayoritas, tetapi masyarakat Dukuh Gower dikenal sangat menjaga kerukunan hidup. Ketika Natal tiba, warga yang beragama Islam ikut memasak dan mendukung perayaan Natal di gereja. Sebaliknya ketika Idul Fitri, warga yang beragama Kristen juga turut silaturahmi ke warga yang berusia lebih tua. Area makam kedua penganut agama ini pun dijadikan satu.

Terletak di dataran tinggi pegunungan Kendeng, dengan ketinggian kurang lebih 100-200 mdpl, Dusun Gower termasuk wilayah yang memiliki potensi karst yang sangat tinggi. Karst adalah bentang alam yang terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping atau batuan kapur yang berpori, sehingga air selalu merembes dan mengalir ke dalam tanah, hal ini terjadi selama berabad-abad. Umumnya, karst dicirikan dengan wilayah cekungan akibat erosi serta pelapukan kimia, kawasan yang kering dan tidak subur, adanya sungai di bawah permukaan tanah, dan gua. Menurut penelitian, wilayah karst kaya akan potensi sumber mata air dan juga mineral yang dapat dipakai sebagai bahan pembuatan semen. 



Perbukitan Kendeng yang mencakup wilayah Tuban, Rembang, Pati, Kudus, hingga Purwodadi ini juga sering disebut para peneliti geologi sebagai perbukitan bekas lautan purba (Selat Muria). Sehingga tak jarang, warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani, menemukan bongkahan batu karang, fosil kerang, fosil kuda laut, dan fosil binatang laut lainnya. 

Berdasarkan sejarah, masyarakat Dukuh Gower merupakan keturunan komunitas Sedulur Sikep, yaitu kelompok masyarakat yang menjalankan tradisi budaya keseharian atas pengetahuan lokal dan interaksi antara manusia dengan alam, sesuai dengan ajaran Samin atau Saminisme. Senada dengan Saminisme, komunitas Sedulur Sikep menekankan kecintaan terhadap alam, membela hak-hak petani dan berani melakukan perlawanan terhadap segala macam otoritas yang menindas, termasuk kolonialisme. 

Pada masa sekarang, semangat Sedulur Sikep nampaknya masih terus dikobarkan, menanggapi kasus investasi penambangan perbukitan Kendeng untuk bahan baku semen. Tentu masyarakat sangat menentang investasi itu, karena dikhawatirkan akan merusak alam, termasuk tanah, air, dan udara sekitar pegunungan, yang juga merugikan masyarakat sekitar karena mayoritas mata pencaharian mereka adalah sebagai petani. Perlawanan ini ternyata memecah kubu antara masyarakat yang pro maupun kontra.


Langkah yang diambil

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aspek geografis, sejarah, demografis, sosial budaya, dan wawancara, maka MDS Indonesia dan masyarakat Dukuh Gower sepakat untuk bergandengan tangan menyelesaikan permasalahan rusaknya lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Mengingat bahwa ekosistem karst juga merupakan kantong penyimpan cadangan air bersih serta daerah penyerapan karbon yang mencemari udara, dalam jumlah besar.

MDS Indonesia pun memberi masukan berupa upaya untuk merespons permasalahan yang terjadi di wilayah Dusun Gower dan sekitarnya, antara lain:

  1. Penanaman pohon keras produktif, yang berguna sebagai peresapan air hujan sekaligus pelestarian lingkungan
  2. Meminimalisir konflik lokal akan pro-kontra berdirinya tambang semen dengan menghadirkan sektor alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar
  3. Menata dan membuka kawasan pariwisata dengan mempertahankan budaya pertanian masyarakat melalui perkebunan buah dan bentang alam lainnya
  4. Pelestarian dan pengembangan budaya lokal

Padukuhan Gower yang merupakan daerah perbukitan serta tebing yang curam, sungai asri, dan beberapa gua yang masih aman untuk dijelajahi, bisa menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi pariwisata daerah Pati dan sekitarnya. Ada 4 titik gua yang masih alami dan menurut penuturan, keberadaan gua tersebut sering dijadikan tempat untuk bertapa pada masa lalu. Di tebing yang panjangnya sekitar 300 meter juga masih banyak dijumpai kera yang berlalu-lalang. Akses ke puncak tebing hanya bisa ditempuh dengan mobil jenis tertentu, seperti offroad maupun L300. Dari puncak tebing dapat dilihat pemandangan ke arah perbukitan Pati Ayam.

Oleh karenanya, berdasarkan permasalahan dan potensi yang bisa digali, Padukuhan Gower dapat dikembangkan menjadi daerah ekowisata perdamaian, yang diartikan secara utuh sebagai pulihnya relasi antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Dalam arti, pengembangan pariwisata melalui konservasi potensi alam, pengembangan seni dan budaya, serta ekonomi kreatif untuk mencapai kehidupan yang damai dan sejahtera. Yang tentunya berbasis pada komunitas untuk memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata sejak dalam perencanaan.


Progres pendampingan

Sudah lebih dari satu tahun, MDS Indonesia mendampingi masyarakat Gower untuk membangun kesadaran dan semangat dalam menghijaukan kembali perbukitan yang gundul. Para petani dan warga masyarakat yang peduli, terhimpun dalam Koperasi Bukit Asri Sentosa (koperasi produksi dan jasa) sebagai salah satu rancang bangun MDS Indonesia. Hingga saat artikel ini ditulis, anggota koperasi telah terhimpun dengan total pengelolaan lahan lebih dari 100 hektar.



Selain sebagai program peningkatan ekonomi masyarakat Gower, pembangunan di bidang pertanian juga menjadi sasaran bagi siapa saja yang tertarik untuk “bertani” melalui program digital farming. Tujuan program ini mencakup:

  1. Menjaga lingkungan hidup
  2. Keterhubungan masyarakat desa dan kota. Para petani pemodal akan bermitra dan diorganisir dalam koperasi, sebagai lembaga usaha
  3. Keterhubungan dengan industri pangan di Indonesia, guna menjaga terserapnya hasil produksi pertanian dan market yang pasti
  4. Anak muda mau bergerak di sektor produksi pertanian, dengan memanfaatkan teknologi pertanian dan komunikasi media



Pengembangan pertanian cabai rawit saat ini sudah berhasil panen dan bekerja sama dengan Indofood. Penanaman pohon keras produktif (mangga dan alpukat) atau wisata ekologi penanaman pohon sudah mulai digalangkan untuk menghiasi lahan-lahan gersang di sekitar perbukitan. Pada program ini, sudah bekerja sama penanaman dengan beberapa lapisan masyarakat desa, mahasiswa-mahasiswa KKN, dan tamu-tamu dari luar negri. 

Ada pula workshop pembuatan eco print pada kain dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, wisata “nostalgia” bermain layang-layang di atas bukit, wisata jelajah gua yang sudah dibersihkan dan diberi pengaman, serta wisata bermain air di sungai Masuan. Untuk kedepannya, sedang dibangun bumi perkemahan, sebagai bagian dari wisata ekologi dan kecintaan alam.