Berita GKMI

Challenge of Change

| Sabtu, 23 September 2023

Sebagai para pembimbing anak yang sudah lama terlibat di pelayanan anak, tentu kita rindu mendapat materi-materi yang update dalam menangani pergumulan pelayanan anak yang kita hadapi. Karenanya, saya sangat bersemangat ketika Sinode GKMI mengadakan Konven Pembimbing Anak dengan tema Challenge of Change di Hotel Laras Asri, Salatiga, 28-30 Juni 2023. 


Kehebohan acara ini sudah terasa bahkan seminggu sebelum acara, karena para peserta dari luar pulau telah tiba jauh-jauh hari sebelumnya. Salah satunya Ibu Tina dari Putussibau, Kalimantan, yang datang bersama tim dari GKMI Maranatha. Mereka rela menempuh perjalanan puluhan jam dengan bus dan kapal laut untuk tiba di pulau Jawa. “Perjalanan dengan pesawat terbang mahal sekali, sampai puluhan juta rupiah. Karena itu kami memilih jalan darat dan laut saja. Puji Tuhan, kami bisa sampai dengan selamat,” kata Bu Tina, “Kami datang karena kami menyadari betapa pentingnya pelayanan anak, dan kami sangat perlu mendapatkan update yang terbaru tentang pelayanan anak.”

Acara yang dinanti pun tiba. Sungguh senang bisa berkumpul dengan para pembimbing anak lainnya yang berjumlah kira-kira lebih dari 160 orang dari semua PGMW yang ada di GKMI. Kami semua memiliki spirit yang sama, yaitu rindu untuk dapat melayani anak-anak dengan lebih maksimal. “Konven ini bertujuan bukan hanya untuk membekali, tetapi juga menjadi tempat kita untuk sharing passion, sharing panggilan, sharing cerita iman, bagaimana pelayanan anak di tempat kita masing-masing. Melalui konven ini kita sebagai sesama pelayan anak saling menyemangati dan menginspirasi satu sama lain,” demikian pesan Pdt. Agus W. Mayanto sebagai Ketua Sinode GKMI dalam sesi pembukaan, “Melalui Konven Pembimbing Anak ini juga, Sinode GKMI menempatkan pelayanan anak bukan hanya sebagai pelayanan pinggiran atau sampingan, tetapi sebagai prioritas dan fokus pelayanan Sinode GKMI. Karena para pembimbing anak adalah ujung-ujung tombak pelayanan dan melalui komisi-komisi anaklah, anak-anak mengenal Kristus.”


Selama 3 hari 2 malam, wawasan kami mengenai dunia anak zaman sekarang dan segala perubahannya diperluas melalui materi-materi dari para pembicara. Pdt. Timotius Adhi Dharma, Sekretaris Umum Sinode GKMI, banyak menyampaikan dasar-dasar biblikal, yaitu bagaimana menanamkan Firman Tuhan sebagai proteksi bagi anak-anak dalam menghadapi perubahan. Pak Siswanto sebagai seorang pengajar di bidang psikologi lebih menekankan mengenai pergaulan. Kita perlu waspada dengan pergaulan anak-anak kita dan jangan lengah melihat anak seolah “alim” di gereja. Pak Ang Wie Hay, seorang profesional di bidang teknologi informasi menyampaikan perihal teknologi, terutama AI, “Hati-hati, anak-anak kita dimuridkan oleh siapa? AI tetap mau tidak mau akan menjadi bagian dari kehidupan kita, tapi Firman Tuhan tetaplah harus menjadi dasar iman anak.” Sedangkan Ibu Mercy Grace Matakupan menjelaskan cara-cara menanamkan sosok Tuhan di kehidupan anak sejak dini. Beliau adalah penanggung jawab pembuatan kurikulum Sekolah Minggu di gerejanya.


Materi-materi disampaikan dengan serius tapi santai. Saya ingat sekali ketika Pak Siswanto meminta kami mengerjakan psikotes sederhana. Kami diminta menggambar titik di lingkaran. Setelah selesai, Pas Siswanto membacakan hasilnya. Jika titik tepat di tengah lingkaran, artinya stres. Di pinggir artinya aneh, tepat di lingkaran berarti bingung. Ada seorang peserta yang mengangkat tangan sambil berkata, “Kalau saya di luar lingkaran, Pak!” Pak Siswanto menjawab, “Nah, itu artinya gila!” Sontak kami semua tertawa ngakak dibuatnya. 


Interaksi di antara para peserta semakin akrab dengan sesi-sesi olahraga, games, dan talent show, yang dibuat dengan kreatif. Dalam talent show, kami dibagi dalam kelompok-kelompok acak yang kemudian menampilkan drama, pantomim, dan operet dari kisah-kisah Alkitab. Karena pesertanya para pembimbing anak, kreativitasnya pun luar biasa tanpa batas.


Konven memang memiliki muatan berbeda dengan retreat atau sekadar gathering. Konven memiliki kekuatan secara sinodal karena dapat memutuskan sesuatu hal terkait topik tertentu. Dalam konteks Konven Pembimbing Anak ini, diusulkan paling tidak tiga hal mengenai pembinaan iman anak-anak di GGKMI:


  1. Sinode GKMI diharapkan membuat bahan ajar untuk Sekolah Minggu, sama seperti dulu ada “Menno si Pendamai”.
  2. Sinode perlu membuatkan bahan pembinaan bagi mereka yang rindu untuk terlibat dan melayani sebagai Pembimbing Komisi Anak, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat mahir.
  3. Semua GGKMI, Sinode, dan PGMW perlu menjadikan pelayanan anak sebagai prioritas utama dan bisa mengadakan Kids Summit jika memungkinkan.


Kesan lain yang saya tangkap ketika mengikuti Konven ini adalah kinerja yang totalitas dari para panitia. Mereka menyiapkan semuanya dengan sungguh-sungguh dan telaten. Kami sebagai peserta merasa diperhatikan dan tercukupi segala keperluannya. Di ibadah penutup mereka juga berakting sebagai anak-anak SD yang menggemaskan dan sukses mengocok perut para peserta dengan tawa melalui drama yang mereka hadirkan. Sepulang dari acara, saya bahkan mendengar bahwa setelah acara usai, ada 2 orang panitia yang sampai dirawat di RS dan hampir sebagian besar tepar. Sungguh, mewakili peserta, saya berterima kasih dan sangat mengapresiasi kinerja panitia!


Semoga kita semua pulang dari Konven ini dengan membawa bukan hanya wawasan pengetahuan yang lebih luas, tetapi juga hati yang semakin mengasihi anak-anak di tempat kita melayani di mana pun kita berada. Sampai jumpa di acara-acara pembimbing anak Sinode GKMI selanjutnya. 


Penulis: Pdm. Gracia Lina