Embracing the Future Together
“Di negara saya, Kolombia, para hamba Tuhan bisa hidup dengan nyaman di tengah kondisi masyarakat yang serba miskin. Bagi saya, hal ini tidak boleh terjadi. Iman kita kepada Yesus Kristus juga memanggil kita untuk menyejahterakan umat dan masyarakat sekitar. Karena itu pertemuan ini penting, yaitu agar kita semua memiliki kesadaran untuk mengelola berkat yang Tuhan berikan agar bermanfaat bagi sesama dan juga dunia,” jelas Cesar Garcia, General Secretary MWC, dalam Business Leader Summit, 10 Juli 2022 lalu.
Business Leader Summit (BLS) 2022 diadakan tepat setelah Closing Ceremony Mennonite World Conference (MWC) 2022 yang juga diadakan di Holy Stadium, JKI Injil Kerajaan, Semarang. Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 orang businessmen dan businesswomen berlatar belakang Anabaptis-Mennonite dari tiga Sinode Mennonite Indonesia (GKMI, JKI, dan GITJ) dan juga dari berbagai belahan dunia. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan menyatukan gerak langkah para usahawan Anabaptis-Mennonite dalam menghadapi krisis ekonomi global, dan bagaimana iman kristiani menjadi nafas yang mewarnai setiap aktivitas setiap pengusaha Anabaptis-Mennonite dalam menjalankan dan mengelola bisnis masing-masing.
Selain Cesar Garcia sebagai perwakilan MWC yang membawakan tema utama “Embracing the Future Together”, para pembicara lainnya adalah Dr. Dorothy Nyambi, Hero Wijayadi, dan Frits W. Triman, yang kesemuanya merupakan pengusaha-pengusaha berlatar belakang Anabaptis-Mennonite. Dr. Dorothy Nyambi, pembicara kedua, adalah Presiden dan CEO Mennonite Economic Development Associates (MEDA). Dalam tema “How Social Impact Boost Business”, beliau mempresentasikan MEDA yang bergerak di bidang agrikultur dengan memberdayakan para pengusaha dan petani di berbagai belahan dunia untuk meningkatkan kinerja dan juga kesejahteraan mereka.
Pembicara sesi ketiga yang mengusung tema “Digital Transformation—Human and Tech Collaboration” adalah Hero Wijayadi, seorang pengusaha muda sekaligus CEO dari Herco Digital. Dalam sesi ini Hero Wijayadi menyampaikan perihal pentingnya mengintegrasikan teknologi digital untuk mentransformasi pelbagai bidang usaha. “Saat ini teknologi digital bukan lagi pelengkap dalam menjalankan bisnis, tetapi telah menjadi salah satu tool utama dalam menggerakkan bisnis. Bahkan dapat dikatakan, penggunaan teknologi digital sudah menjadi tuntutan yang tidak dapat dihindari dalam setiap bidang usaha,” katanya.
Frits W. Triman yang menjadi pembicara sesi keempat berasal dari GKMI Anugerah, Jakarta. Beliau merupakan salah seorang Advisory Board dari Fellowship of Evangelical Churches, yaitu sebuah badan penginjilan Kristen berlatar belakang Amish-Mennonite yang berkantor pusat di Fort Wayne, Indiana, Amerika Serikat. Dalam sesinya yang bertema “Integrating Faith into Business”, beliau menceritakan kisah hidupnya. Di mana dirinya telah berkecimpung di dunia bisnis dan bekerja di pelbagai perusahaan terkemuka dunia selama puluhan tahun. Meski telah bertobat di tahun 1987, hati Frits Triman barulah berapi-api mengabarkan Injil di tahun 2013. Dan justru di usianya yang ke-79 tahun, Tuhan memanggilnya secara khusus untuk bersekolah teologi di STTII, Jakarta. Bahkan di tahun 2022 ini, beliau sedang melanjutkan studi S2 Teologi di Cohen University, Amerika Serikat. “Sekarang saya 84 years young,” kata Frits W. Triman. “Dan perlu Anda ketahui, di kamus saya tidak ada istilah ‘tertalu tua’ untuk memberitakan Injil. Apapun latar belakang kita, Tuhan hendak memakai kita untuk pekerjaan-Nya, jika kita mau menyerahkan diri kita untuk dipakai-Nya,” lanjutnya.
Sejak berdirinya di abad ke-15, kaum Anabaptis-Mennonite telah banyak berkembang. Bahkan hari ini kaum Anabaptis-Mennonite memiliki ratusan ribu pengusaha. Meski demikian, akar kita bersama yaitu iman yang radikal dalam mengikut Yesus Kristus dan Injil-Nya, selalu menjadi pegangan dalam setiap gerak langkah hidup kita dalam menjawab segala tantangan zaman—dan hal ini juga berlaku di dalam dunia bisnis! Maka benarlah kata Hans Denck, salah seorang tokoh Anabaptis-Mennonite, yang juga menjadi pengakuan iman kita, “Tidak seorangpun dapat sungguh-sungguh mengenal Kristus, kecuali dia yang mengikuti-Nya setiap hari dalam kehidupan.”