God’s Will vs My Will
Ada yang berbeda dari Ibadah Natal Youth GKMI Solo kali ini. Tidak ada pohon Natal, tidak ada hiasan maupun kado-kado, tidak ada panitia, tidak ada tamu undangan, bahkan acara pun tidak dilakukan di gedung gereja, tetapi di aula serbaguna GKMI Solo. Karena konsep Natalan tahun ini adalah dari Youth, untuk Youth, dan bagi Youth, alias semuanya mereka kerjakan sendiri.
Konsep ini muncul secara sederhana dan spontan, ketika pengurus, pendamping, dan pembina Youth merapatkan acara Natal di bulan Oktober lalu. Ide awalnya adalah ibadah gabungan dengan GKMI lain, tetapi karena pertimbangan anggaran sewa bus yang cukup besar maka opsi itupun tidak jadi. Lalu munculah pemikiran di mana kami ingin agar Natalan kali ini sederhana saja, tidak keluar banyak biaya, tetapi tetap berkesan dan bisa menjadi memori di penghujung tahun 2022.
Berbekal berbagai macam konten acara hiburan Korea Selatan di YouTube, maka terbitlah konsep di mana kami membagi teman-teman anggota Youth menjadi dua kelompok: masak dan dekor. Untuk lebih detailnya, kelompok masak akan memikirkan mulai dari memasak apa saja, berbelanja bahan, memasak, hingga mencuci peralatan yang sudah dipakai. Sedangkan untuk kelompok dekor, mereka akan menentukan konsep dekorasi, berbelanja bahan, hingga mendekor ruangan di aula untuk dipakai ibadah Natal sederhana. Ide itu pun disepakati bersama.
Dua minggu sebelum hari-H, anggota Youth sudah membagi diri mereka menjadi dua kelompok. Adapun koordinator yang ditunjuk untuk setiap kelompok, di mana Nira mengoordinir tim dekor dan Grace mengoordinir tim masak. Sabtu, 10 Desember 2022, semua anggota Youth mulai berkumpul di aula pukul 15.00 WIB dan langsung melakukan tugasnya masing-masing. Mereka antusias untuk berkarya bersama teman-temannya dalam bentuk masakan maupun dekorasi ruangan.
Di dapur dan area makan aula, Grace mengajak teman-teman anggota timnya untuk memasak sup sayur yang komposisinya cukup unik. “Ini sebenarnya bukan sup, tapi kuah bawang kalau di keluargaku,” katanya mengonfirmasi. Ini juga baru pertama kalinya saya makan sup sayur “bawang” dengan isian potongan wortel, kubis, dan juga kecambah. Pengalaman yang cukup menarik dan rasanya juga lumayan kok.
Kalau yang cewek-cewek masak sup, yang cowok-cowok berkreasi dengan menghancurkan tahu dan membulat-bulatkannya sebelum digoreng menjadi tahu pong. Tentu bulatannya pun juga suka-suka mereka. Ada yang bulat pipih, ada pula yang lonjong. Rasanya juga enak kok. Selain sup dan tahu goreng, ada pula ayam goreng, sambal, dan nasi putih yang juga mereka masak sendiri. Tim masak keren semuanya!
Berjalan ke ruangan utama di bagian depan aula, tim dekor sedang sibuk mengerjakan prakaryanya masing-masing. Mereka ternyata dipecah lagi menjadi 3 kelompok kecil yang masing-masing punya peran untuk menghias satu buah papan sekat. Kelompok pertama menjadikan ornamen rumbai sebagai pohon natal. Kelompok kedua membuat kreasi tulisan tema Natal hari itu dari kardus bekas yang dihias cat. Sedangkan kelompok ketiga membuat hiasan rantai kertas warna-warni serta lukisan snowman. Sentuhan terakhir adalah lampu gemerlap Natal yang dililitkan di sepanjang papan. Well decorated!
Setelah semua beres dan bersih, anggota Youth pun berkumpul di ruang utama untuk mengikuti ibadah Natal bersama pada pukul 18.00 WIB. Dipandu oleh Justian dan Oxal, serta akustikan dari Rafael dan Juwandi, kami menyanyikan beberapa lagu tema Natal sebelum mendengarkan renungan dari Pdt. Rotua N. Sinaga atau yang kerap kami sapa Kak Rut. Tema “God’s Will vs My Will” mendasari perenungan pada malam itu.
Kami menyadari bahwa terkadang di dalam hidup ini, kehendak kita seringkali bertentangan dengan kehendak Tuhan. Akan lebih gampang untuk menyadari bahwa kehendak kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan karena output-nya seringkali bertentangan. Tetapi yang sulit adalah membedakan apakah ini merupakan kehendak dari Tuhan atau kehendak diri kita sendiri?
Anggota Youth pun dipecah menjadi tiga kelompok yang masing-masing didampingi oleh kakak pendamping untuk sharing bersama mengenai tema itu. Saya pun mendampingi 8 anak dan kami bergantian untuk bercerita satu sama lain. Sebelumnya, saya meminta setiap dari kami untuk mengumpulkan ponselnya di tengah lingkaran supaya semuanya fokus dan saling menghargai. Kami pun mulai untuk sharing satu per satu tentang pengalaman God’s Will vs My Will kami masing-masing. Selain mengapresiasi teman-teman yang sudah bercerita, kami juga mendorong teman-teman yang masih bingung untuk menemukan ceritanya. Tidak hanya itu, kami juga terkadang memberikan tanggapan maupun pertanyaan kepada teman-teman yang sudah sharing agar tercipta suasana yang membangun, fun dan tidak tegang.
Setelah sesi sharing selesai dalam waktu kurang lebih 40 menit, kami pun menuju ke ruang makan untuk mengambil makanan dan makan bersama yang diselingi dengan cerita dan tawa. Tak lupa menyeruput es teh yang agak susah untuk mengambil es batunya karena menggunakan sendok plastik.
Selesai makan, kami pun berkumpul kembali ke ruang utama aula untuk mengikuti games yang sudah disiapkan oleh pengurus, yaitu karambol snack. Setiap dari kami yang hadir mendapatkan giliran tiga kali main untuk menyentil tutup botol di atas meja agar jatuh ke kotak-kotak snack yang sudah tersedia di lantai depan meja. Ada yang berhasil mendapat satu atau dua snack, banyak pula yang tidak dapat apa-apa–seperti saya–tapi ada juga yang sangat hoki bisa dapat tiga snack sekaligus! Sampai-sampai teman-temannya ingin agar Ayu membuka jasa joki untuk menggantikan giliran mereka.
Permainan yang sederhana tetapi bisa jadi pembangkit suasana ketika kami semua terhanyut di dalamnya. Saya malah teringat dengan permainan di Taman Hiburan Rakyat ataupun bazaar 17-an di kampung-kampung yang pernah saya datangi sewaktu kecil. Pada akhirnya permainan pun diubah konsep karena masih banyak yang belum mendapat hadiah. Dengan hanya menggunakan meja saja, setiap snack yang tersentuh oleh tutup botol akan langsung dimiliki oleh si pemain. Tetapi lagi-lagi saya tidak beruntung karena selalu fokus untuk memenangkan minuman kemasan daripada snack cemilan. Membuat saya bertanya, kok sepertinya my will saya bertentangan dengan God’s will ya? Hmm mungkin karena memang waktu itu saya sedang batuk. Wah, saya langsung dapat pembelajaran instan.