Hidup Ini adalah Kesempatan
Janur kuning dan gamelan, dua hal ini sangat lekat dengan suasana pernikahan ala Jawa. Beberapa jemaat yang hadir juga sepakat dengan saya. Apalagi suasana sukacita sangat kental terasa di GKMI Lamper Mijen, Rabu, 19 Oktober 2022. Alam pun rupanya juga turut bersukacita karena khusus di hari itu langit cerah, padahal sudah seminggu setiap hari turun hujan. Menjadi penanda sebuah momen yang penting untuk disyukuri dan dikenang, yaitu Emeritasi Pdt. J. Budi Santoso.
Diiringi gamelan, prosesi para Pendeta yang mengawali ibadah berlangsung khidmat. Demikian pula liturgos dan singers mengenakan kebaya lengkap dengan sanggul. Para Pendeta dan Hamba Tuhan, juga tamu undangan dan jemaat yang hadir menaikkan pujian-pujian dengan sukacita.
Tema Emeritasi yang dipilih oleh Pdt. J. Budi Santoso adalah “Hidup ini adalah kesempatan” (Yoh 15:12-17 dan 16). “Pdt. J. Budi Santoso adalah seorang yang saya sangat kenal. Saya tidak pernah lupa dengan senyum ramahnya yang khas. Jika kita melihat Pak Budi sekarang, tentu kita tidak pernah membayangkan kalau beliau ini berlatar belakang muslim dan pernah jadi koster di GKMI Semarang. Namun inilah Pak Budi. Selama 26 sudah kini Pak Budi menjadi Gembala Jemaat GKMI Lamper Mijen. Dari pembersih perabot gereja menjadi penggembala dan perawat jiwa umat. Dari hobi genjrang-genjreng gitar, menjadi pendiri dan pengasuh Grup Karawitan “Sidoasih” dan Wayang Orang Punakawan. Dari pengayom keluarga menjadi pengayom masyarakat,” kata Pdt. Yeanny M. S. sebagai pembawa Firman Tuhan sekaligus pelaksana Emeritasi, “Pak Budi adalah seorang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan, sehingga hidup terus berbuah, bahkan semakin berusia semakin lebat.”
Setelah Firman Tuhan, Pdt. J. Budi Santoso berlutut di altar dikelilingi oleh rekan-rekan Pendeta yang hadir, sementara jemaat menyanyikan pujian “Ku Doakan Engkau”. Suasana khidmat kembali terasa ketika Pdt, Yeanny M.S. dan para Pendeta menumpangkan tangan, sementara Pdt. J. Budi Santoso menaikkan doa.
“Terima kasih kepada Majelis Jemaat dan juga jemaat GKMI Lamper Mijen yang telah melayani bersama selama ini. Doa saya, semoga keluarga besar GKMI Lamper senantiasa hidup rukun. Selama masih ada kesempatan, gunakanlah untuk melayani Tuhan. Sekarang giliran saya untuk Tut Wuri Handayani, dari belakang memberi dorongan,” kata Pdt. Em. J. Budi Santoso dalam sambutannya. “Setelah ini saya akan lebih fokus mengajar sebagai dosen di STBI. Saya masih punya mimpi menjadi dhalang dan menampilkan pagelaran wayang kulit dengan nilai-nilai Firman Tuhan. Saya juga telah mengambil sertifikasi pranatacara dan pemedasabdo untuk melengkapi saya dalam melayani semakin luas untuk sesama dan untuk kemuliaan nama Tuhan,” lanjutnya. Setelahnya Pdt. Em. J. Budi Santoso beserta keluarga mempersembahkan pujian “Tuhan Penolongku”.
“Pak Budi adalah salah satu kekayaan GKMI sebagai Hamba Tuhan yang berkarakter dan memiliki kekhasan personal, bukan dalam gebyar penampilan tetapi penghayatan filosofi kejawaan yang mewarna, bak klenengan gamelan yang membawa pesan keluhuran dan kedamaian. Mewakili sinode GKMI dan kolega para Pendeta, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk setiap kehadiran dan peran yang telah dipersembahkan dalam pengabdian paripurna hingga akhirnya. Lemah teles, Gusti Yesus sing mbales,” tutur Pdt. Agus W. Mayanto, Ketua Umum Sinode GKMI dalam sambutannya.
Benar sekali, seperti Pak Budi yang telah memanfaatkan setiap kesempatan yang Tuhan berikan, marilah kita juga menghargai hidup yang Tuhan anugerahkan sebagai kesempatan dan mempergunakannya semaksimal yang kita bisa. Selamat memasuki masa Emeritasi, Pak Budi! Dan selamat melayani bahkan semakin luas untuk kemuliaan Tuhan!