Berita GKMI

Memupuk Toleransi bagi Pesta Demokrasi

| Senin, 24 Juni 2024

Sebagai salah satu partisipasi aktif gereja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, GKMI Siloam (Salatiga) menyediakan diri menjadi Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Rabu, 14 Februari lalu. Ini adalah kali pertama gereja dijadikan TPS, setelah berdiri di Kampung Pancuran sejak 1982. Tentu hal ini menorehkan kesan positif penerimaan masyarakat sekitar terhadap kehadiran gereja.

GKMI Siloam terletak di salah satu kampung terpadat di Kota Salatiga, tepatnya di Kampung Pancuran. Permasalahannya, kampung ini tidak memiliki banyak ruang terbuka untuk acara kemasyarakatan. Oleh karenanya, bangunan GKMI Siloam yang memiliki ruang terbuka pun dipilih menjadi salah satu dari lima TPS Pemilu 2024 di wilayah tersebut.

Keputusan ini bermula dari datangnya surat permohonan yang diajukan oleh ketua RW 04 Pancuran. Setelah mengkaji dari aspek teologis, aturan pemerintah, dan eklesiologinya, Majelis Jemaat pun tidak butuh waktu lama untuk menyetujui permohonan itu. Gedung serbaguna dan halaman parkir gereja pun diperbolehkan untuk menjadi TPS 37 Kelurahan Kutowinangun Lor. Di mana menjadi tempat pemilihan dalam rangka pesta demokrasi oleh warga RT 002, 003, 004, dan 005 dari RW 04.

Sebelum hari pencoblosan tiba, tim KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pdm. Yemiko Happy (Gembala Jemaat GKMI Siloam) serta Majelis Jemaat GKMI Siloam agar penataan tempat dan pelaksanaan di hari H bisa berjalan lancar. Total dari tujuh anggota KPPS, enam di antaranya beragama Islam dan satu lainnya adalah jemaat pemuda GKMI Siloam. Persaudaraan yang sudah terjalin dengan baik tidak menyebabkan masalah apapun ketika petugas KPPS menjalankan “pengabdiannya” kepada negara di lingkungan gereja.



“Tentu kami bersyukur bahwa pelaksanaan pesta demokrasi terbesar di Indonesia bisa terlaksana dengan baik di TPS 37 Kutowinangun Lor. Ada lebih dari 200 warga melakukan pencoblosan, di mana itu termasuk DPT dan DPTb,” terang Pdm. Yemiko, “Sesungguhnya, ini kali pertama GKMI Siloam menjadi TPS setelah berdiri di Kampung Pancuran sejak 1982. Tentu saja ini adalah bentuk positif penerimaan masyarakat terhadap kehadiran GKMI Siloam,” lanjutnya.



GKMI Siloam terus berkomitmen untuk membuka gereja sebagai “rumah bersama” di Kampung Pancuran. Beberapa kali, gereja menjadi tempat berkumpulnya masyarakat sekitar dan sampai sekarang menjadi basecamp “Persekutuan Oikumene Kampung Pancuran”. Jemaat tentu sangat menyambut baik komitmen itu.

Satu hal yang menarik adalah ketika Pemilu 2024 dirayakan berbarengan dengan momen Rabu Abu. Lucunya, sebelum menerima surat permohonan dari ketua RW 04, gereja sudah memutuskan untuk menjalankan liturgi Rabu Abu secara daring. Jadi, perayaan liturgis gereja dan perayaan demokrasi ini dapat dilakukan secara bersamaan, tanpa ada yang ditinggalkan.


Ditulis oleh: Pdm. Yemiko Happy dan Sheila Hartono