Berita GKMI

Menjadi Murid yang Mengajar

| Kamis, 04 Juli 2024

Sesungguhnya, belajar menjadi “murid” bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja. Termasuk bagaimana sikap kita terhadap orang-orang di sekitar, terutama bagi mereka yang dalam taraf kehidupannya berada di bawah standar masyarakat umum. Sebagai bagian dari respons pemuridan yang digembalakan oleh Pdm. Risma Lumalessil (Gembala Jemaat GKMI Anugerah Rayon Kembangan–ARK), ARK Care Ministry (ACM) terjun langsung ke kolong jembatan, melakukan pelayanan aksi nyata community development.



Ruang Belajar adalah salah satu media ACM dalam menyalurkan layanan pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya, bagi warga komunitas kolong jembatan Warakas (Tanjung Priok, Jakarta Utara) yang dilakukan setiap Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB. Para relawan tidak hanya berbagi pengetahuan dan menjadi “guru les” di pelajaran tertentu, pada 16 Desember 2023 lalu, Ruang Belajar ACM juga menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan dan bagi-bagi berbagai macam bingkisan. Tim dokter ACM—dr. Lidia Setiawan, dr. Tri Angela, dr. Athalia Nofera, dr. Astria Aryani, dan Sdri. Pratitya Nefesy—melakukan pendataan pengukuran berat dan tinggi badan, pemeriksaan fisik secara umum (cek kuku, mulut, gigi, telinga, rambut), dan pemberian vitamin serta masker. Berdasarkan data yang diperoleh, dari 99 anak yang diperiksa, 22% anak dinyatakan mengalami kekurangan gizi dan 1% mengalami stunting.



Pada hari yang sama, salah seorang relawan ACM, Grace Adelia—yang juga tergabung dalam komunitas perajut—membagikan boneka rajutan yang pastinya ramah bagi anak serta lingkungan. Anak-anak sangat antusias menerima boneka yang lucu-lucu itu, bahkan ada yang langsung bermain dengan boneka baru mereka. “Aku berinisiatif buat campaign ini karena ingin provide (menyediakan) mainan yang eco-friendly (ramah lingkungan) buat anak-anak bawah kolong. Mereka udah tinggal di dekat sampah, aku pikir mainan apa yang ga nambah tumpukan sampah di sekitar mereka,” tutur Grace. Lewat hobi merajutnya, dirinya pun teringat dengan komunitas rajut di luar negri yang pernah mengadakan campaign serupa untuk anak-anak di Syria. Melalui dorongan dan motivasi untuk berbagi, maka muncullah campaign #CrochetForThem. “Surprise banget, sih. Aku ga nyangka bakal dapat tanggapan positif dari komunitas rajut tentang campaign ini. Bahkan yang target awal cuma ngumpulin 80 boneka, ternyata terkumpul lebih dari itu. It was God's blessings! (Itu adalah berkat dari Tuhan!) Waktu dibagikan ke anak-anak, aku senang banget lihat mereka bahagia ketika terima bonekanya. Seeing their delighted faces bring me immense joy (Melihat wajah gembira mereka memberiku  kegembiraan yang luar biasa),” kata Grace lebih lanjut.



Anak-anak dampingan juga diberi bingkisan perlengkapan sekolah berupa tas, botol minum, tempat makan, beserta snack. Tak hanya itu, ada pula bazaar pakaian layak pakai bagi para ibu dan bapak warga dampingan. “Aku senang gara-gara aku tadi dikasih bingkisan. Tadi aku diperiksa borok aku, selama diperiksa sakit,” kesan salah seorang anak dampingan, membuat para teman relawan ACM semakin semangat untuk berkunjung lagi di pertemuan berikutnya. 

Pengalaman para relawan selama melayani komunitas ini juga memberikan kesan tersendiri bagi mereka. “Justru aku dan teman-teman merasa malah kita yang ‘diajarin’ oleh anak-anak bawah kolong. Melalui mereka, kita jadi bisa melihat perjuangan masyarakat marginal untuk bertahan hidup. Bahkan untuk dapat air bersih, mereka harus bayar 25 ribu rupiah per jerigen. Sedangkan kita pakai air sesuka kita, malahan cenderung boros. Kita diajar untuk lebih bersyukur akan apa yang udah kita punya. Juga melihat bagaimana penyertaan Tuhan secara riil ada buat kaum marginal seperti mereka,” pungkas Grace, yang terus setia memberi hati pada pelayanan ini bersama teman-teman relawan ACM lainnya.



Bagi pembaca yang tertarik untuk berkontribusi dan menjadi relawan di Ruang Belajar ACM, bisa langsung menghubungi WhatsApp ACM di +62821-2322-7850.