Berita GKMI

Menyelami Dunia Lagu Anak

| Senin, 15 Juli 2024

Sukses dengan dua album rohani karya cipta jemaat GGKMI, GKMI Worship kembali menghadirkan rangkaian workshop dan kontes penciptaan lagu. Bedanya, kali ini target utama audiensnya adalah anak-anak. Susah-susah gampang memang, oleh karenanya jemaat GGKMI dibekali ilmu seputar dunia lagu anak melalui workshop, sebagai tanda dimulainya Kids Song Writing Contest (KSWC) pada 24 Februari 2024 lalu.

Tak hanya sebagai ide belaka, KSWC juga diharapkan menjadi turning point GKMI Worship dalam menyumbang lagu anak yang bisa kita rasa telah padam pijar semangatnya. Padahal dalam Markus 10:14 Yesus berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah,” maka sudah sepantasnya kita untuk tidak memandang sebelah mata akan pelayanan bagi anak-anak.

Workshop yang berlangsung selama satu bulan penuh ini—24 Februari-24 Maret 2024—dimulai dengan sesi pemaparan atau sharing tentang apa itu lagu anak, apa saja pembeda dengan lagu lainnya, dan bagaimana cara membuatnya. Keynote speakers atau pembicara pada kickoff workshop yang diadakan hari Sabtu, 24 Februari 2024, pukul 09.00 WIB ini pun tidak kaleng-kaleng. Peserta yang hadir secara on site di studio maupun yang mengikuti secara online via Zoom, langsung mendapatkan pemaparan dari mbak Dian HP dan mas Alvin Witarsa. Mbak Dian HP adalah seorang produser, komposer, dan penata musik dengan karya-karyanya yang sering kita dengar pada lagu-lagu Tasya Kamila dan Ruth Sahanaya. Sedangkan kak Alvin Witarsa adalah seorang orchestrator, produser, dan komposer, dengan karya-karyanya yang bisa kita temui pada lagu-lagu Quinn Salman dan soundtrack film “Petualangan Sherina”.

Setelah dikenalkan oleh duo host andalan GKMI—Frans dan Dhyna—mbak Dian langsung membuka sesi workshop dengan sebuah pertanyaan, “Siapa yang tahu lagu ‘Lihat Kebunku’?” dan beliau cukup terkejut ketika mengetahui ada beberapa peserta yang asing dengan lagu itu, padahal mereka adalah anak-anak itu sendiri. Di mana dari peserta yang hadir, terdapat beberapa anak usia 7-12 tahun yang duduk manis di barisan terdepan. Tidak mau kalah untuk ikut terlibat di workshop yang memang terbuka untuk semua kalangan usia.

Mbak Dian pun kembali menanyakan sebuah lagu, kali ini mengajak semua yang hadir untuk bangkit berdiri dan menyanyikan lagu “Gembira Berkumpul” yang dipopulerkan oleh Tasya. “Ayo yang lepas bergembira! Kita jadi anak-anak lagi, jangan jaim,” seru mbak Dian menyemangati semuanya untuk mengeluarkan sisi anak dalam diri mereka. Setelah cukup “pemanasan”, mbak Dian pun memaparkan materinya.

Mulai dari apa itu lagu anak, yaitu lagu yang diciptakan untuk didengarkan dan dinyanyikan oleh anak-anak dari jabang bayi hingga 12 tahun. Batas-batas lagu anak, seperti melodi berada di wilayah suara anak; mudah dinyanyikan dan dihafalkan; lirik baik dan tepat; serta membangkitkan imajinasi/ekspresi. Juga yang tak kalah penting, yaitu susunan cara untuk menciptakan lagu anak: menentukan target audiens, menentukan tema, menentukan struktur lagu apakah sederhana dengan bait atau juga chorus dan bridge.

Secara spontan, mbak Dian pun memberikan contoh dengan mengajak peserta yang hadir untuk membuat lagu sesuai request kata acak yang peserta anak ucapkan. Lalu meminta peserta dewasa untuk menyusun lirik dan nadanya. Dengan lihai, mbak Dian memainkan nada di keyboard-nya dan kak Alvin langsung sigap menuliskan not balok di kertas sebagai acuan. Setelah berdiskusi mencipta lagu dan mencoba menyanyikan bersama, host pun meminta beberapa penyanyi GKMI Worship dan anak-anak untuk maju ke depan, menyanyikan lagu hasil ciptaan bersama, dengan mbak Dian di belakang keyboard dan kak Alvin dengan biolanya. Dan jadilah lagu “Brutus si Burung Kutilang Berwarna Pink” hasil kolaborasi mbak Dian, kak Alvin, dan para peserta.

Break makan siang pun berlangsung, dan setelahnya semua peserta ditantang untuk menciptakan lagu mereka sendiri. Bagi peserta yang datang ke studio, mereka dibagi ke dalam enam kelompok. Sedangkan peserta yang mengikuti secara online bisa melakukan challenge ini secara individual maupun berkelompok. Tema yang diberikan adalah: kasih, persahabatan/perdamaian, dan keluarga. Semua peserta diberi waktu selama dua jam untuk berdiskusi.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, waktunya para peserta untuk mempresentasikan lagunya. Dibuka oleh kelompok satu yang memilih tema kasih bagi anak usia 3-6 tahun dengan judul “Kasih Tulus”. Kelompok dua, yaitu kelompok para bapak, memilih tema keluarga dengan judul “Terima Kasih Tuhan untuk Papa Mama” bagi anak usia jabang bayi hingga 6 tahun. Kelompok ini mendapat apresiasi khusus dari mbak Dian karena bisa menciptakan lagu “semanis” itu. 

Kelompok tiga adalah kelompok peserta anak-anak, dengan target usia 6 tahun sampai kuliah berjudul “Ku Kasihi Engkau”. Di luar dugaan, ternyata lagunya cukup panjang dan liriknya pun sangat berbobot. Ternyata ada seorang anak (12) yang memang bertugas khusus untuk menjadi lirikus. Kelompok empat memfokuskan lagu bagi anak usia 3-6 tahun dengan judul “Anak Manis”. Sedangkan kelompok lima mengambil tema keluarga dengan target usia 5-12 tahun, berjudul “Bahagiaku”. 

Lagi-lagi, kelompok para bapak mendapat perhatian khusus dari mbak Dian, “Bapak-bapak itu kalau tulis lirik lebih touchy ungkapan hatinya.” Lanjut ke kelompok terakhir, yaitu kelompok enam yang memilih tema kasih bagi anak usia 3 tahun ke bawah dengan judul “Sayang Padaku”. Selain keenam kelompok itu, peserta yang mengikuti secara online juga antusias untuk mengirimkan karya challenge mereka, seperti Pdt. Em. Janti Diredja, kak Nita Aksia, Pdt. Joni dan Emilsa, serta kak Dewi Suyanto.

Sebagai penutup, mbak Dian memberikan apresiasinya bagi semua karya yang dilahirkan pada pertemuan itu, “GKMI sudah punya 1 lagu bersama dan 10 lagu hasil challenge! Semua bisa dinikmati dan dinyanyikan, tinggal revisi nada, jeda bait agar hitungannya menjadi pas.” Tidak hanya itu, mbak Dian juga menyarankan agar para bapak GKMI membuat lagu bagi anak-anaknya. Sebegitu berkesannya mbak Dian akan lirik-lirik yang para bapak buat. 

Tak lupa, kedua host mengumumkan challenge yang bisa diikuti oleh seluruh jemaat GGKMI, yaitu kontes karya cipta lagu untuk kategori balita, usia SD, dan pra-remaja. Batas pengumpulan karya lagu dan vokal hingga 24 Maret 2024 dan hasilnya diumumkan pada 20 April 2024. Berikut adalah karya-karya yang terpilih:


Kategori Winners’ Song

I Have Two Eyes - Philip Ayus (GKMI ARK)

Aku Cinta Tuhan Yesus - Sri Hartomo (GKMI Pati)

The Greatness of Jesus Love - Stephanie Leander (GKMI Kudus)

Tuhan Yesus Baik - Nita Agnesia (GKMI Sidoarjo)

Engkau Semakin Bertambah - Ari Setyoko (GKMI Puri Anugerah)

Sukacita Tambah Usia - Andri Susanto (GKMI Cempaka Putih)

Mengerti FirmanMu - Alkent (GKMI Cempaka Putih)

Yesus NamaNya - Agus Prayogi (GKMI Cempaka Putih)

Dengar FirmanMu - Bunda Ros & Pratitya Nefesy (GKMI Cempaka Putih)

Ku Bahagia - Bunda Ros & Pratitya Nefesy (GKMI Cempaka Putih)

Aku Berharga dan Istimewa - A. Wahyu Mayang & Pratitya Nefesy (GKMI Cempaka Putih)


Kategori Special Mention

Doa Lima Jari - Sola Fide (GKMI Lamper Mijen)

Kupunya Sahabat Terbaik - Paulus & Vita Limbongan (GKMI Kudus)

Domba yang Hilang - Agus Prayogi (GKMI Cempaka Putih)

Here I Stand - Ang Wie Siong (GKMI Anugerah)

Terima Kasih Tuhan Yesus - Ani Jo (GKMI Maranatha)

Jesus is My Best Friend - Zefanya Gracielda (GKMI Bandung)

Selalu Ku Berdoa - Kusnan (GKMI Maranatha)

Terang dan Garam Dunia - Pdt. Joni & Emilsa Kristin Yemima (GKMI Keling)

Doa untuk Mama Papa - Mariana Setianie (GKMI Salatiga Cab. Cukilan)


Kategori Special Pick by GKMI Worship

Ini Dulu Baru Itu - Petrus BS (GKMI Anugerah)


Selamat kepada karya-karya yang terpilih! Semoga bisa menjadi pijakan pertama GKMI Worship dalam mengepakkan sayapnya bagi pelayanan musik anak ke depan. Info selengkapnya bisa pembaca temui di Instagram @gkmi.worship