No Other Foundation
Pengalaman meliput HUT ke-103 GKMI Kudus merupakan sebuah momen yang tak terlupakan. Hari itu, Rabu, 6 Desember 2023, juga merupakan HUT dari Gereja Kristen Muria Indonesia, karena GKMI Kudus adalah GKMI yang pertama. Di sanalah pendiri GKMI, Tee Siem Tat, memulai karyanya, yang terus berlangsung dari generasi ke generasi sampai hari ini. Kini GKMI telah beranggotakan lebih dari 32.000 warga jemaat, yang tersebar di 73 gereja, 80 cabang, dan 99 Pos PIPKA di seluruh penjuru Tanah Air.
Meski telah berkembang sedemikian pesat, GKMI secara luas, terutama GKMI Kudus secara khusus, tidaklah melupakan prinsip sang pendiri, yang terambil dari 1 Korintus 3:11, “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Ya, Yesus Kristus lah dasar GKMI dan bukan yang lain! Dan karena itulah maka HUT ke-103 ini bertema, “No Other Foundation”.
“’Tidak ada dasar lain, selain Kristus’ adalah a calling of life. ‘No Other Foundation’ adalah panggilan hidup saudara dan saya, untuk menjadi murid Yesus. Sebagai gereja Anabaptis Mennonite, kemuridan menjadi hal yang sangat penting dalam kita mengikut Yesus. Karena di situlah kita akan terus berproses dan menjadikan Yesus bukan sekadar pengakuan dogmatis, tetapi bagaimana kita mewujudkan The Living Christ, yaitu Kristus yang hidup di dalam realitas kehidupan kita,” demikian Firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Stefanus Christian Haryono.
Kedalaman perenungan inilah yang melahirkan Ibadah Perayaan HUT ke-103 yang berformatkan kolaborasi musikal. “Ini adalah kolaborasi GKMI Kudus yang ke-3 kalinya dengan Pusat Studi Spiritualitas dan Pengembangan Spiritual (PSSPS) Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), yang kali ini juga berkolaborasi dengan Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta,” demikian disampaikan Dkn. Sri Wahyuni sebagai perwakilan panitia. Tidak tanggung-tanggung, 62 penyanyi dan 8 penari terlibat dalam penampilan, belum termasuk pelatih dan pendamping. Latihan telah dilakukan sendiri-sendiri jauh-jauh hari, untuk kemudian disinkronkan dalam gladi bersih di tanggal 4-5 Desember 2024.
Tarian, paduan suara, orkestra, dan pujian jemaat berkelindan dalam rangkaian ibadah yang sangat apik. Para penari dari ISI menampilkan tarian modern bercampur tradisional dalam lagu “Kubersyukur Pada-Mu” (PPR 2 no. 350), “GKMI Membawa Damai”, dan “Iman Injili yang Murni”, tidak jarang dengan gerakan-gerakan akrobatik yang sangat memukau dan jelas memerlukan latihan dan keahlian yang tinggi. Paduan suara gabungan GKMI Kudus dan PSSPS UKDW mengangkat suara bersama jemaat memuji Tuhan, sementara PSSPS UKDW mempersembahkan dua pujian yang sangat indah, yaitu “Tuhanlah Tempat Perlindungan” dan pujian bernuansa keroncong “Bila Tuhan Menyapa”.
Puncak perayaan adalah penyalaan lilin dan pemotongan kue ulang tahun HUT ke-103 oleh Pdt. Erick Sudharma sebagai Koordinator Tim Gembala Jemaat dan Pnt. Stefanus Budi Karunia sebagai Ketua Majelis Jemaat. Setelah lagu “Selamat Ulang Tahun”, jemaat bersama menyerukan “Selamat ulang tahun ke-103 GKMI Kudus. No Other Foundation! Tidak ada dasar lain!” diiringi tepuk tangan dan confetti yang sangat meriah. Lagu “GKMI Membawa Damai” kemudian dinyanyikan bersama-sama.
Pdt. Erick Sudharma dan Pnt. Stefanus Budi Karunia menyerahkan kue kepada perwakilan komisi-komisi dan juga perwakilan lembaga-lembaga yang hadir, yaitu Pdt. Herin Kahadi (GITJ Kudus), Pdt. Michael Salim (PGMW III), dan Pdt. Prof. Robert Setio (UKDW). Video-video ucapan selamat dari pelbagai pihak dilanjutkan disusul dengan Doa Syukur dinaikkan oleh Para Pendeta GKMI Kudus, yaitu Pdt. Erick Sudharma, Pdt. Setyowati, Pdt. Pdt. Timotius Lienardy, dan Pdt. Moses D. Livingstone.
“GKMI merupakan salah satu gereja pendiri Duta Wacana (UKDW) di tahun 1962, salah satu dari 12 gereja pendukung dan sampai sekarang turut memperkuat Duta Wacana. GKMI juga mengutus para pendetanya menjadi dosen di Fakultas Teologi UKDW, salah satunya Pdt. Stefanus Christian Haryono yang menyampaikan Firman Tuhan dalam acara ini,” demikian disampaikan Pdt. Prof. Robert Setio dalam sambutannya, “Usia 103 tahun menjadi tantangan bagi kita semua untuk melanjutkan. Ya, generasi demi generasi akan terus melanjutkan, karena kita melayani di gereja ini bukan untuk kita sendiri melainkan untuk Tuhan Yesus Kristus. Dan sepanjang Tuhan menghendaki, gereja ini akan terus ada. Terima kasih telah menerima kami di tempat ini dan juga suara dari para mahasiswa kami, dan terima kasih untuk akan terus bekerja sama dengan kami dalam pelbagai pelayanan, khususnya di bidang pendidikan teologi.”
Keseluruhan acara diakhiri dengan tarian “Iman Injili yang Murni” yang ditampilkan dengan megah menggunakan sayap-sayap yang terentang berkibar. Sungguh sebuah sukacita sekaligus komitmen bersama yang diwujudkan dalam sebuah kolaborasi musikal yang sangat berkesan!
Tentu bGKMI penasaran, bagaimana GKMI Kudus dapat meramu acara yang demikian menarik. “Ketika kami meminta pelayanan Pdt. Stefanus, beliaulah yang kemudian muncul dengan ide ini. Gayung pun bersambut karena kami berharap melalui HUT ini kami bisa memberikan kontribusi dalam pengembangan ibadah di GGKMI,” demikian disampaikan Pdt. Erick Sudharma dalam wawancaranya dengan bGKMI, “Kami berupaya memadukan corak modern dan tradisional. Tentunya semua ada maknanya. Misalnya untuk lagu ‘Iman Injili’ yang digambarkan dengan sayap-sayap bergerak cepat, seolah mencoba menjawab segalanya. Konsep-konsep inilah yang berusaha kami kembangkan. Dan menariknya, mereka yang tampil tidak semuanya Kristen. Dengan demikian kita pun berusaha merangkul keberagaman dan juga bersama merayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Lebih lanjut, Pdt. Erick menitipkan pesan-pesan bagi pembaca bGKMI, “Pertama, dalam membangun kehidupan peribadahan, mari gali dan kembangkan kekayaan lokal yang ada di tengah jemaat, termasuk budaya anggota jemaat atau lingkungan mereka, relasi-relasi yang ada di antara mereka. Supaya kehadiran kita mendatangkan damai sejahtera dan pemulihan relasi. Kedua, di tengah pergumulan klasik dan kontemporer, marilah kita menghadirkan sesuatu yang baru. Jadilah gereja yang kreatif seperti Allah yang kreatif untuk hal-hal yang baru dan memberi pencerahan. Mari kembangkan nilai-nilai narasi. Jadilah pengikut Kristus yang radikal dengan menantang zaman, bukannya ‘menyesuaikan diri’ dengan zaman. Jadi bukan Tuhan yang sesuai dengan kita. Juga bukan gerejanya yang harus relevan dengan kita, Sebaliknya, kita harus menjadi komunitas yang menceritakan kisah kasih Tuhan dengan pelbagai cara yang kreatif.”
Sungguh sebuah konsep yang sangat menarik! Di momen ulang tahunnya yang ke-103, GKMI Kudus tidak hanya “radikal” dalam arti kembali ke akar, yaitu “No Other Foundation than Christ”, tetapi juga “radikal” dalam arti menantang zaman, dengan menghadirkan cara-cara kreatif di tengah pergumulan yang klasik dan kontemporer. Semoga perayaan HUT ini dan juga pemikiran-pemikiran yang menyertainya dapat memberikan inspirasi bagi kita semua!