Berita GKMI

Karunia Membedakan Roh

| Selasa, 15 November 2022

Karunia rohani adalah salah satu pokok penting yang dicatat dalam Alkitab, meski demikian harus diakui bahwa pokok ini telah menjadi problem yang terus berkepanjangan di kalangan orang percaya bahkan sampai hari ini. Mengapa demikian? Karena adanya tafsiran dan pemahaman yang berbeda-beda. Dengan demikian kita perlu terus belajar dan memperhatikan bahasan-bahasan yang terkait dengan karunia-karunia rohani, tentunya dari perspektif dan pendekatan Firman Allah.

Apa itu karunia rohani?

Secara sederhana kata “karunia” artinya pemberian. Kalau dikaitkan dengan karunia roh, maka artinya pemberian dari Roh Kudus. Yaitu kemampuan tertentu yang diberikan kepada seseorang ketika ia diselamatkan, atau ketika seseorang mengalami kelahiran kembali. Itu artinya bahwa setiap orang percaya, oleh Roh Kudus telah diberikan minimal satu karunia rohani. “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh…Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1 Kor. 12:4,7). Roh Kudus memberi karunia tertentu kepada setiap orang sesuai dengan kehendak-Nya. Khususnya di dalam Perjanjian Baru, ada kurang lebih dua puluh macam karunia rohani: ada karunia nabi, karunia rasul, karunia bernubuat, karunia pengetahuan, karunia hikmat, karunia bahasa roh, karunia membedakan roh, karunia mujizat, karunia kesembuhan, dan lain-lain (Rom. 12:6-8; 1 Kor. 12:8-10; Ef. 4:11; 1 Pet. 4:10-11). 

Bakat alami dan karunia rohani

Jangan kacaukan antara karunia rohani dan bakat alami. Tidak sedikit yang bertanya apakah bakat alami dan karunia rohani sama? Tentu saja ada kesamaan dan juga perbedaannya. Kesamaanya adalah baik bakat alami dan karunia rohani sama-sama pemberian Allah. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa bakat alami dimiliki oleh seseorang secara natural (alami). Sejak dilahirkan ia sudah membawa bakat itu, atau dapat juga disebut sebagai bakat bawaan. Misalnya, sejak kecil saya sudah bisa bernyanyi tanpa fals, bahkan tanpa membaca notasi, meskipun pada akhirnya harus belajar notasi, tentu saja itu sesuatu yang lain. 

Yang kedua, bakat alami dapat dimiliki oleh siapapun bahkan oleh orang yang ada di luar kekristenan. Bakat alami dapat menjadi karunia rohani pada saat seseorang menjadi percaya. Sedangkan karunia rohani adalah kemampuan tertentu yang diberikan oleh Roh Kudus pada saat seseorang dilahirkan kembali, minimal satu karunia rohani. Setiap orang diberikan sesuai dengan ukuran pemberian Kristus. “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Ef. 6:7).

Buah roh dan karunia rohani

Saya sering mendengar perkataan yang bernada nyinyiran, “Kalau di gereja pakai bahasa roh seperti makan kacang goreng, tetapi kelakuannya kok tidak menjadi berkat?” Sebenarnya hal ini tidak mengherankan karena tidak ada korelasi antara karunia yang dimiliki oleh seseorang dengan kedewasaan rohaninya. Banyak yang tidak mengerti bahwa karunia rohani terkait dengan hal yang bersifat teknis sedangkan buah roh terkait dengan karakter seseorang. 

Karunia rohani adalah pemberian Allah kepada setiap orang yang sudah dilahirkan kembali bahkan pada saat dia baru percaya kepada Yesus Kristus. Artinya bisa jadi dia belum dewasa secara rohani, atau kekristenannya baru seumur jagung. Jadi seseorang yang sudah memiliki karunia rohani itu bukanlah bukti kedewasaannya. Sedangkan buah-buah roh adalah buah kedewasaan rohani yang dihasilkan dari intimasi seseorang secara terus-menerus dan sungguh-sungguh dengan Tuhan (Yoh 15:1-8). Seseorang yang dewasa secara rohani sudah pasti minimal memiliki satu karunia rohani, sedangkan orang yang memiliki karunia rohani belum tentu ia sudah dewasa secara rohani. Meskipun demikian, baik buah rohani dan karunia rohani penting dan perlu bagi tubuh Kristus (gereja).

Tujuan karunia rohani

Tuhan memberikan karunia rohani kepada setiap orang percaya bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan bersama. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah,” (1 Pet 4:10). Oleh karena itu, karunia rohani bukan untuk gagah-gagahan, atau untuk menunjukkan bahwa kita lebih rohani dari yang lain. Melainkan sepenuhnya untuk kepentingan Tubuh Kristus, yaitu gereja. Jika seorang diberi karunia rohani maka ia harus bertanggung jawab kepada Allah dengan karunia yang sudah diberikan. Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga,” (Flp. 2:3-4). Adalah dosa jika menyia-nyiakan karunia yang Tuhan berikan (1 Kor. 4:1-2).

Allah tidak pernah meminta tanpa memberi terlebih dahulu 

Tuhan meminta kita untuk melayani karena Tuhan sudah memberikan sesuatu kepada kita untuk melayani Dia. Kita melayani Tuhan dengan apa yang sudah Tuhan sediakan, yaitu karunia-karunia rohani. Gereja tidak boleh mengabaikan karunia rohani, bahkan seharusnya gereja melayani berdasarkan karunia rohani, bukan jabatan pelayanan. Jika kita melayani berdasarkan jabatan pelayanan, maka hanya kita saja yang melayani. Sebaliknya, jika kita melayani berdasarkan karunia rohani, maka Allah lah yang bekerja melalui kita. 

Jabatan pelayanan harus disesuaikan dengan karunia rohani. Paulus menggambarkannya seperti tubuh kita yang terdiri dari berbagai anggota tubuh dan memiliki fungsinya yang berbeda-beda. “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain,” (Rom. 12:4-5).

Karunia membedakan roh

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu sumber konflik yang sering terjadi di dalam gereja adalah hal yang berkaitan dengan karunia-karunia rohani. Ada begitu banyak praktik “karunia” yang membingungkan sampai menimbulkan perpecahan. Masing-masing mengklaim dirinya paling benar, sementara yang lain salah, seolah mendapatkan surat izin resmi dari Tuhan untuk monopoli kebenaran. Karunia rohani tidak lagi menjadi pemersatu umat tetapi menjadi salah satu akar perpecahan.

Timbul sikap yang pada akhirnya mempertanyakan keabsahan dan antipati terhadap karunia-karunia rohani. Sebagian orang Kristen memandang rendah karunia rohani sehingga sering dijadikan olok-olokan dan lucu-lucuan. Karunia nubuat diplesetkan jadi karunia “lu buat”, “sandal lawas-sandal lawas”, dan banyak lagi. Ini sangat memprihatinkan, bagaimana mungkin karunia rohani yang merupakan pemberian Roh Kudus dipermainkan dan direndahkan?  

Tentu saja karunia rohani ada, seperti yang Alkitab katakan, tetapi Iblis selalu merusak dan memalsukan karunia yang ada dengan tujuan agar rencana Tuhan gagal. Uang palsu selalu muncul setelah uang yang asli, Iblis suka meniru apa yang sudah ada. Selain daripada itu, tidak dapat disangkal munculnya nabi-nabi palsu dan penipu berjubah agama makin marak, baik di dalam maupun di luar gereja. Dua ribu tahun yang lalu Rasul Paulus sendiri sudah memperingatkan bahwa akan muncul penyesat-penyesat yang menyamar sebagai malaikat terang. “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka,” (2 Kor. 11:14-15). Rasul Yohanes pun dengan gamblang memperingatkan akan munculnya rupa-rupa roh dan oleh karenanya harus hati-hati dan diuji dengan Firman Tuhan. “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia,” (1 Yoh. 4:1).

Masalahnya adalah tidaklah gampang untuk membedakan manakah karunia yang berasal dari Roh Kudus dan mana yang bukan dari Roh Kudus. Dengan demikian sangat penting untuk memiliki salah satu karunia, yaitu karunia membedakan roh. Artinya kita harus menguji bermacam-macam roh dan pengajaran-pengajaran yang ada saat ini berdasarkan Firman Tuhan. Teknologi media telah menjadi panggung berkembangnya pengajaran-pengajaran yang tidak sehat, mengalir deras bagaikan arus gelombang laut yang tidak terbendung lagi, sementara gereja kelimpungan.  

Apakah yang dimaksud dengan karunia membedakan roh? Perhatikan apa yang Paulus katakan, “Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu,” (1 Kor. 12:10). Kata “membedakan” dalam bahasa Yunani adalah διακρίσεις (diakrisis). Yang artinya, pembeda/membedakan, melihat perbedaan, pembelahan (memilah) dan ketajaman. Dengan demikian karunia membedakan roh adalah karunia yang memampukan kita untuk memiliki ketajaman analisa, kemampuan untuk memilah, kemampuan untuk membedakan mana yang berasal dari Roh Kudus dan mana yang bukan, mana nabi yang benar dan mana yang palsu, mana pengajar yang benar dan mana yang sesat.

Beberapa kasus kita perhatikan di dalam Perjanjian Baru di mana Rasul Petrus menggunakan karunia membedakan roh saat berhadapan dengan kemunafikan Ananias dan Safira yang mendustai Roh Kudus (Kis 5:1-11). Demikian juga Petrus dengan ketajaman yang luar biasa dapat melihat keberadaan jiwa Simon dari Samaria yang mengaku sudah bertobat dan dibaptiskan oleh Roh tetapi ternyata ia penipu (Kis 8:9-23). Karunia membedakan roh juga terdapat di jemaat Efesus yang dapat membedakan mana rasul yang sesungguhnya dan mana yang jahat dan pendusta (Wah 2:2). Jadi, betapa gereja membutuhkan karunia membedakan roh ini untuk menjaga kemurnian agar terhindar dari macam-macam upaya penyesatan dari si jahat.

Meskipun karunia rohani merupakan pemberian atau anugerah, karunia rohani juga dapat diminta. Tidak salah jika kita meminta karunia rohani yang khusus dari Tuhan sesuai dengan kerinduan hati kita dengan tujuan dan motivasi untuk melayani Tuhan. “Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi,” (1 Kor 12:31). “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat,” (1 Kor 14:1). "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan,” (Mat 7:7-8).