Di Hidup Ini Tak Ada yang Namanya Kebetulan
Dulu aku percaya dengan istilah “seperti pelangi sehabis hujan”. Tetapi pada fase hidup yang disebut quarter life crisis ini—khususnya dalam hal karir—aku pun berpikir, “Kapan pelangi itu akan muncul?” Karena seringkali hujan turun dengan deras tetapi pelangi itu tidak kunjung muncul, kalaupun iya pasti hanya sebentar saja.
Beberapa waktu yang lalu, ayat dari Matius 5:13 men-trigger diriku, “Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” Sama seperti garam yang tawar, aku sempat merasa tidak berguna dan kehilangan arah tujuan hidup. Aku juga sempat mengalami struggle yang sangat mendalam ketika menempuh studi S2, bahkan setelah diwisuda dengan predikat lulusan terbaik pun rasanya perjuangan itu menjadi sia-sia. Aku merasa dunia berjalan dengan sangat tidak adil. Ibaratnya aku sudah berusaha maksimal ketika studi lanjut; aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi, melayani dan menjadi volunteer, ikut course online, bootcamp, webinar, workshop, mentoring program; namun ketika lulus sangat sulit untuk mendapat pekerjaan. Semua proses rekrutmen aku lalui dengan doa. Aku meminta petunjuk dari Tuhan tentang pekerjaan mana yang Tuhan ingin aku lakukan. Di masa yang semakin terpuruk itu, aku pun beberapa kali menyerukan doa, “Eloi-Eloi lama sabakhtani (Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku),” (Mar. 5:34).
Aku tetap aktif bergereja dan melayani di salah satu bidang pelayanan, tetapi jujur aku bergereja pindah-pindah karena salah satu masalah yang sedang ku hadapi. Suatu ketika di sebuah gereja, aku mendapat insight bahwa berdamai dengan diri sendiri itu sangat diperlukan. Menerima kegagalan dan menghidupi aktivitas yang dijalani dengan hati dan penuh rasa syukur serta sukacita. Di gereja lain, aku juga menjadi tahu bahwa komunitas itu sangat baik untuk pertumbuhan bersama. Dan hal itulah yang menyadarkanku bahwa aku punya komunitas SaTe (saat teduh) di gereja asalku, yang tentunya juga peduli dengan keadaanku.
Seringkali, target untuk mendapatkan pekerjaan menghantuiku apalagi ketika perusahaan-perusahaan tempatku melamar melakukan penolakan bahkan ghosting. Hingga suatu saat, aku berkata dalam hati, jika besok ketika aku berulang tahun tetapi masih belum mendapat pekerjaan, berarti aku harus fokus menjalankan aktivitasku yang sekarang dan melupakan target menjadi seorang karyawan full-timer. Tetapi nampaknya Tuhan memberikan pelangi yang sudah lama ku nanti. Tepat di hari ulang tahunku, muncullah proses rekrutmen yang benar-benar memberiku sebuah harapan baru.
Dua minggu sudah aku menanti kabar proses akhir rekrutmen itu, dan hasilnya nihil. Bahkan aku juga sempat ragu untuk ikut Youth Summit Regional (YSR) PGMW 1. Pada akhirnya, aku mengikuti hati kecilku untuk ikut kegiatan ini. Dan tepat di H-2 acara YSR, ada kabar mengenai sosialisasi pekerjaan yang sedang ku lamar. Aku kira diriku belum diterima di instansi tersebut. Hingga di hari pertama YSR, aku melihat sebuah pelangi yang sangat indah. Bahkan ketika acara, kata-kata “tidak ada hal yang kebetulan” terus digemakan. Menandakan bahwa ada maksud dan tujuan tersendiri dari Tuhan bagi setiap dari kita yang mengikuti YSR. Ada rencana indah yang telah Tuhan sediakan, dan aku pun merasakan keindahan itu: aku mendapatkan pekerjaan yang telah lama ku nantikan!
Aku percaya bahwa rencana Tuhan itu sangat indah, walaupun terkadang penantian itu tidak sesuai dengan kebutuhan kita, melainkan sesuai dengan waktu-Nya Tuhan. Dan pastinya juga kita jalani dengan iman dan perjuangan, karena iman tanpa usaha adalah mati. Cara Tuhan untuk menolong kita juga terkadang tidak terduga, seperti lagu, “Apa yang tak pernah dilihat mata, yang tak pernah didengar telinga, yang tak pernah timbul di dalam hati, semua disediakan-Nya bagi yang mengasihi Dia.”
Suatu ketika, keluargaku sedang memilah barang sebelum pindah rumah. Secara tidak sengaja, aku menemukan majalah Berita GKMI dan membuka beberapa halaman secara acak. Sampai aku berhenti pada artikel tentang album pertama GKMI Worship. Segera ku buka Spotify dan ku dengarkan lagu-lagunya. Luar biasa! Aku merasa sangat terberkati melalui karya lagu di dalamnya. Album ini langsung menjadi salah satu pengiring yang menemani waktu produktifku ketika studi lanjut dan melakukan aktivitas. Lagu “Kau Sukacitaku” adalah pilihan utamaku karena liriknya yang memang menunjukkan bahwa Tuhanlah sumber pengharapan, cara-Nya tak terselami, dan kuasa-Nya nyata dalam setiap musim hidupku, yang membuatku merasa tidak takut meski badai menerpa dan kehilangan arah. Tuhan meneguhkanku dan aku dapat bertahan karena Ia menyertaiku.
Ajaibnya, ketika H-2 proses rekrutmen, album kedua GKMI Worship di-launching. Otomatis menjadi alat peneguhan bagiku dalam mempersiapkan diri untuk proses rekrutmen. Keseluruhan lagu di album kedua ini jujur sangat membantu diriku untuk berdamai dengan diri sendiri dan terus melangkah maju. Lagu “Derana” sangat meneguhkanku, berawal dari tangis ratapan ketika mendengarkan lagu ini tetapi aku sadar bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan memampukanku dalam mempersiapkan proses rekrutmen yang cukup lama. Pada akhirnya aku dapat menaikkan pujian untuk bersyukur pada Tuhan dan mengubah tangis ratapan menjadi tangis bahagia, yang digambarkan melalui lagu "Rencana-Mu Indah". Mulainya karir yang baru ini pasti tidaklah gampang, tetapi aku tahu bahwa Tuhan tidak akan memberikan ular beracun bagi yang meminta roti.
Mungkin banyak dari kita yang belum berpikir bahwa hal-hal yang dianggap kebetulan dalam hidup itu sebenarnya adalah rencana indah dari Tuhan. Bahkan bukan suatu kebetulan ketika aku bisa menemukan karya-karya GKMI Worship yang meneguhkanku, dan pada akhirnya mengikuti YSR PGMW 1 yang semakin meyakinkanku untuk berkontribusi dan berdampak langsung di instansi tempat Tuhan percayakan aku sekarang. Aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh panitia YSR PGMW 1 dengan acaranya yang sangat memberkati, juga untuk teman-teman kelompok dan peserta yang sudah belajar bersama menjadi murid Kristus yang berdampak dan terus bertumbuh di komunitas. Tak lupa juga kepada Berita GKMI, sebagai alat yang mendatangkan berkat bagiku.
Melalui kesaksian ini, aku berharap bisa menguatkan teman-teman yang sedang merasakan kegelisahan yang sama. Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatunya buat kita semua, walaupun terkadang kita harus berjuang dari nol. Aku pun berpikir bahwa memang segala sesuatu butuh proses, yang penting percaya bahwa Tuhan kita itu luar biasa. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita, dan rencana-Nya adalah indah bagi setiap kita. Tuhan yang mengirim kita, Tuhan yang memampukan kita, dan Tuhan pula yang akan mencukupkan kita. Karena Tuhan yang sama akan tetap menyertai di setiap musim hidup kita.