Berita GKMI

Rumah Kasih Kanaan

| Senin, 05 Agustus 2024

Ketika saya kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Darma Agung (UDA), saya bertemu dengan Tuhan Yesus. Di tahun 1987, lewat KKR Natal Kampus, Firman Tuhan yang terambil dari Yohanes 3:16 membuat saya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan memberi saya pengharapan akan hidup kekal. 


Diutus ke domba-domba yang hilang

Saya selesai kuliah dan diwisuda tahun 1992. Saat itulah saya mendengar panggilan Tuhan bagi saya untuk pergi menjadi utusan Tuhan dari Yesaya 6:8. Tetapi tahun 1996 saya baru menjawab panggilan Tuhan dan menyerahkan diri “Ini aku, utuslah aku” dalam Bible Camp Pemuda. Saya mulai bertanya kepada Tuhan, “Ke manakah Engkau mau aku pergi?” Tuhan menjawab saya dari Matius 10:5-6, “ke domba-domba-Ku yang hilang,” dan Tuhan menaruh pemahaman di hati saya bahwa domba-domba yang hilang itu adalah keluarga besar saya. Karena mereka semua sama dengan saya, giat untuk Allah, tetapi tanpa pengenalan yang benar, mendirikan kebenarannya sendiri, dan tidak takluk kepada kebenaran Allah (Roma 1:1-3).

Bulan Desember 1992, saya pulang ke kampung dan mulai membuka PA anak-anak (Rabu Gembira) dan PA Keluarga. Saya mulai mengajar di SMP Negeri dan swasta, juga membuat ibadah di sekolah dan PA kelompok. Banyak air mata yang keluar di awal usaha saya menanam Injil di tengah-tengah keluarga. Mereka menghina saya dan berkata, “Kamu ini orang stres!” Tetapi Tuhan Yesus menggenapi janji penyertaan-Nya seperti dalam Matius 28:18-20. Ia memberikan kepada saya tempat tinggal dan mencukupkan segala kebutuhan saya.


Awal mula Rumah Kasih

Hingga tahun 2001, beberapa keluarga sudah dilahirkan kembali. Juga beberapa murid yang sudah lahir baru kemudian mengikuti saya. Tuhan berbicara lagi kepada saya dari Yesaya 2:2-5. Tuhan meletakkan di hati saya keinginan untuk berpisah beribadah dari keluarga dan mendirikan Gunung Sion, yaitu rumah Tuhan, supaya orang datang untuk diajar tentang jalan-jalan Tuhan. Tanggal 21 Januari 2001 kami memulai ibadah minggu dengan tiga orang: saya, adik saya yang paling kecil (yang sekarang melayani di kota Siantar) dan satu murid SMA (keponakan saya yang sekarang melayani di Papua).

Setelah mempunyai rumah ibadah, saya tinggal di rumah ibadah itu bersama murid saya. Ketika itu Tuhan mengirimkan satu orang teman yang datang dari jauh untuk mencari Tuhan. Ia bertemu dengan saya dan akhirnya diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Dialah Elisabet Hutauruk yang sekarang menjadi staff full time di Rumah Kasih.

Waktu terus bergulir. Di tahun 2001-2005 seorang single parent karena perceraian menitipkan anaknya kepada saya, karena dia mau bekerja ke Malaysia. Anak itu bernama Santa Monika, umur 6 tahun. Setelah itu, murid saya yang mau bekerja di Batam menitipkan adik laki-lakinya yang ketika itu akan masuk SMA. Orang tua mereka sudah bercerai dan masing-masing menikah lagi, sehingga mereka tidak punya orang tua. Demikian juga seorang ibu menitipkan dua orang anaknya perempuan dan laki-laki umur 6 dan 8 tahun karena dia mau pergi bekerja ke Malaysia. Seorang teman yang melayani punya sepupu yang sudah putus sekolah dan ketika dibawa kepada saya dia mau melanjutkan SMA. Jadilah ada lima orang anak yang dititipkan kepada saya. Mereka bersekolah dari SD, SMP, dan SMA. Saya mengajar full 48 jam seminggu untuk mencukupi kebutuhan makan kami dan biaya sekolah.



Peristiwa ini menyadarkan saya bahwa Tuhan memanggil saya dan mengutus saya menjadi orang tua bagi mereka. Saya mulai berdoa supaya ada tempat tinggal untuk mereka. Puji Tuhan, ada teman yang membantu saya. Selain itu, di tahun 2008 Tuhan juga menjawab doa saya. Elisabet Hutauruk yang pergi melayani di Pekanbaru pulang ke Kisaran karena mendapat berkat dari Filipi 2:22. Tuhan mengirim dia seperti Timotius, seperti seorang anak yang menolong bapaknya. Dia menyambut ajakan untuk menolong saya merawat anak-anak ini. Bersamaan dengan itu jemaat memberikan rumahnya untuk dipakai menjadi tempat tinggal anak-anak. Kami sepakat memberi nama rumah ini “Rumah Kasih Kanaan”. 


Perkembangan Rumah Kasih

Tahun demi tahun ada banyak anak yang dititipkan Tuhan ke Rumah Kasih, mulai dari usia bayi hingga 13 tahun. Alasan mereka dititipkan 25% karena kemiskinan, 25% karena broken home, 20% terlantar karena tidak ada sekolah dan tempat ibadah di tempat bekerja orang tuanya, 15% anak yatim (kakak-beradik), dan 15% karena pergaulan yang buruk. Di tahun 2013, kami dititipi dua anak usia bayi baru lahir karena pergaulan orang tuanya yang buruk. Kedua anak ini saya adopsi pribadi. Sekarang mereka sudah berumur 10 tahun dan menjadi anak kembar yang dilahirkan di hati saya.

Rata-rata umur anak yang dititipkan Tuhan di Rumah Kasih 50% berusia TK (5 tahun), 30% usia 9-15 tahun, dan 20% usia bayi. Syukur kepada Tuhan, Ia mencukupkan kebutuhan Rumah Kasih dari awal sampai hari ini. Semua anak bisa sekolah dan gereja menjadi penopang dana setiap bulan. 



Di tahun 2013, Rumah Kasih berduka. Seorang anak Rumah Kasih meninggal dunia karena hanyut. Namun keadaan duka ini menjadi jalan bagi Rumah Kasih untuk menjadi sebuah yayasan. Ketika itu Dinas Sosial Batu Bara datang dan membantu kami membuat izin yayasan. Dan sejak ada izin yayasan, kami mendapat dukungan berupa beras dari dinas sosial. Hal itu terjadi di tahun 2018, tepat menjelang masa-masa COVID-19. Jumlah anak yang ada sekarang 20 orang. Terpujilah Tuhan yang melakukan pekerjaan-Nya buat Rumah Kasih.


Pergumulan pelayanan Rumah Kasih

Jika pembaca bGKMI tergerak, pembaca dapat berdoa untuk beberapa pergumulan yang sedang dihadapi oleh Rumah Kasih. Doakan beberapa anak Rumah Kasih yang berusia di atas 15 tahun yang sulit untuk dinasihati. Mereka cenderung memengaruhi anak-anak lain ke arah yang negatif. Karena itu, sudah ada dua anak yang kami pulangkan. 


Doakan pula kebutuhan air bersih yang semakin hari semakin banyak. Jumlah anak yang terus bertambah sering membuat masyarakat komplain karena konsumsi air kami. Demikian pula lokasi yang sempit membuat anak-anak tidak leluasa beraktivitas dan bermain. Kami juga tidak memiliki lahan besar yang dekat dengan rumah untuk aktivitas anak-anak seperti berkebun. Doakan pula anak-anak kami yang akan segera tamat SMA. Daerah Kisaran minim lapangan kerja dan seperti kota mati.


Perkembangan dan rencana-rencana ke depan 

Selain beberapa pergumulan, kami juga bergumul agar Rumah Kasih memiliki batasan usia, yaitu mereka yang dapat dititipkan di Rumah Kasih adalah mulai dari usia bayi hingga anak berusia 13 tahun. Pembatasan ini kami lakukan demi kebaikan anak-anak Rumah Kasih. Selain itu kami rindu memiliki fasilitas pembuatan air bersih sendiri, agar tidak mengganggu kebutuhan air bersih warga setempat. Kami juga tengah bergumul dalam doa untuk lahan dan gedung sendiri. Demikian pula kami berencana untuk menciptakan lapangan kerja bagi mereka yang telah tamat sekolah, seperti bengkel, tempat doorsmeer untuk mencuci kendaraan, juga usaha-usaha kecil lainnya.



Kiranya kesaksian dan pekerjaan Tuhan di Rumah Kasih boleh menjadi berkat bagi pembaca. Dukunglah dalam doa bagi rencana-rencana dan perkembangan Rumah Kasih ke depannya agar terus menjadi tempat yang memberkati anak-anak yang dititipkan Tuhan. Tuhan memberkati pembaca sekalian!