Berita GKMI

Setia dalam Misi "Tak Terduga"

| Rabu, 06 Maret 2024

Pagi itu, masih dalam rangkaian acara MPL 2023 di Kudus, Pdt. Iwan Suhartono mewakili GKMI Bogor membagikan sharing living sacrifice melalui pelayanan misi yang masih terus digarap oleh gereja. Tuhan membukakan jalan penginjilan melalui misi pertanian, meskipun dalam perjalanannya ada saja tantangan dan halangan yang mereka alami.

Awal mulanya pergumulan ini datang dari seseorang yang menceritakan kerinduannya di Muria Berdoa. Ia adalah putra asli suku Pasemah di Sumatra Selatan dan ingin agar sukunya dilawat dan dilayani. Setelah didoakan terus menerus, Pdt. Tulham, Pdt. Sionari Hendrik, dan Pdt. Iwan Suhartono ikut menggumulkan hal ini. 

Tim kecil ini akhirnya memutuskan untuk berangkat melayani. Gelombang pertama terjadi pada 2-6 Desember 2019. Sekembalinya dari proses penjajakan pertama, ada kabar bahwa suku ini menolak untuk didatangi lagi karena tuduhan Kristenisasi. “Padahal sepanjang perjalanan misi ke sana, kami tidak sebut nama Tuhan, dan mungkin karena masyarakat tahu bahwa Pak Tulham adalah seorang Pendeta,” cerita Pdt. Iwan lebih lanjut. Kabar penolakan ini tentunya menjadi pergumulan baru dan mereka kembali bawa dalam doa.

Misi gelombang kedua muncul tatkala ada keluarga yang ingin untuk dikunjungi. Letak daerahnya 40-50 km dari tempat pertama yang tim kunjungi. Bedanya, kali ini formasi tim terdiri dari jemaat GKMI Bogor: Pak Agus, Pak Paulus, dan Pdt. Iwan; yang menamai diri mereka sebagai tim “Kaleb”. Tim ini pun bertolak ke Sumatra di masa Pandemi COVID-19. “Tentu ada rasa takut karena suku ini selalu membawa belati ke mana-mana,” terang Pdt. Iwan, bahkan ketika budaya lokal juga masih terus membayangi tim Kaleb secara pribadi maupun pelayanan tim.

Melalui keterbukaan dan juga hikmat dari Tuhan, misi pelayanan di keluarga dan masyarakat sekitarnya berhasil diterima melalui bidang pertanian. Padahal ketiganya tidak begitu ahli dalam ilmu ini. Mereka juga sama-sama belajar secara otodidak. Tiap malam, tim Kaleb mendatangi keluarga yang dilayani, tetangga-tetangga, hingga taulani untuk berdiskusi tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Bahkan ada beberapa orang yang kemudian mau dan bersedia untuk didoakan, serta dilayani dalam pengusiran kuasa jahat, meskipun titel Pendeta tidak pernah Pdt. Iwan nyatakan secara gamblang.

Perjalanan misi gelombang ketiga terjadi di tahun 2022. Tim Kaleb kembali datang ke wilayah keluarga itu. Herannya, masyarakat di wilayah yang mereka kunjungi pada gelombang pertama ikut datang, “Mereka mau belajar,” ujar Pdt. Iwan. Puji Tuhan! Misi ini pun kemudian mulai diberi nama, Agro for Mission. Hasilnya? Pertanian keluarga dampingan menjadi contoh pertanian terbaik se-kota! Bahkan sang walikota secara khusus mengundang tim Kaleb karena kedatangan orang-orang Bogor—yang juga dikenal sebagai kota pertanian.

Mendapat respon baik dari masyarakat sekitar dan pemerintah daerah, Agro for Mission merambah program mereka agar semakin berdampak dan meluas, yaitu melalui pembuatan pupuk cair. Pupuk ini dibuat secara ekonomis dengan gagasan agar petani mengeluarkan modal seminim mungkin untuk hasil yang semaksimal mungkin. “Kalau lihat di online shop, pupuk cair jenis ini dijual bisa sampai 80 ribu ke atas, tapi produk kami hanya cukup 30 ribu saja,” kata Pdt. Iwan menjelaskan lebih lanjut dalam bincang santai kami. Hasil panennya pun sejauh ini cukup memuaskan sekali. Dengan modal yang kecil, petani bisa menuai panen berkali lipat dan menjadi berkat.

Tuhan melawat suku ini melalui ladang pelayanan yang dikerjakan GKMI Bogor secara tidak terduga. Agro for Mission—layanan misi melalui pertanian—masih mereka jalani hingga sekarang, dengan ilmu-ilmu dan praktik-praktik yang terus dilakukan. “Ketika Tuhan memberi kami karunia untuk melayani di bidang ini, dengan segenap hati kami lakukan. Bahwa pelayanan kita tidak hanya dibatasi oleh tembok gereja, karena Tuhan beri kita karunia dan talenta yang luar biasa untuk menjangkau dan melayani jiwa-jiwa,” tutur Pdt. Iwan sekaligus menutup sesi sharing pada pagi itu.